“Pupur, Dapur, Kasur” adalah sebuah terminologi yang banyak digunakan orang Indonesia untuk mendeskripsikan peran domestik seorang perempuan. Ketika konsep pupur, dapur, kasur dilihat secara lebih positif dan dapat memahaminya lebih dalam trilogi yang sudah saya jalani sebagai ibu, istri, wanita dll saya pegang sebagai fondasi untuk membangun keharmonisan keluarga. Namun tidak memungkiri bahwa saya sebagai manusia ingin memiliki ruang berekspresi sebagai seorang yang berkarier dengan tetap bertanggungjawab sebagai seorang ibu rumah tangga. Kedua hal ini merupakan tanggung jawab dgn beban yang sama pada diri saya sendiri yang harus selalu saya pertahankan konsistensinya dgn tetap memprioritaskan keluarga adalah yang utama. Hal ini mungkin tidak banyak disadari dan pada akhirnya para ibu tidak mempunyai pilihan lain selain memilih salah satu antara rumah tangga atau karir. Padahal jika dikomunikasikan dgn pasangan, suami dan istri bisa mencari solusi sehingga semua bisa berjalan beriringan.
Miskonsepsi yang melekat pada pola pikir masyarakat ini sesungguhnya menghambat kebebasan pengungkapan ekspresi sebagai seorang istri yang tidak jarang menimbulkan depresi. Dalam kesempatan kali ini, saya ingin menyuguhkan sebuah dance film yang diharapkan dapat menjadi bentuk refleksi banyak perempuan yang berperan sebagai istri bahwa terminologi tersebut dapat berjalan beriringan dengan kebebasan berekspresi jika dipahami secara lebih dalam dan diterapkan dengan benar.
Sebagai manusia yang memiliki mimpi dan kebebasan mengekspresikan diri serta punya hak atas tubuh dan pemikirannya namun tetap mengedepankan prioritas sebagai ibu, saya mempunyai pemahaman tersendiri dalam memaknai pupur, dapur, kasur ini.
Pupur tidak hanya membenahi apa yang terlihat diluar dan untuk merawat diri sendiri secara fisik secara tidak berlebihan, tetapi juga untuk membenahi inner beauty, pengelolaan emosi, adat istiadat, serta tata krama, dan kecerdasan diri. Kendali sebuah keluarga memang terdapat pada keharmonisan pasangan namun seorang istri juga berperan dalam mengontrol emosi sehingga terjalin komunkasi yang baik. Sebagai seorang istri juga harus bisa membantu dalam memberikan masukan dengan sudut pandangnya sendiri ketika suami membutuhkan bantuan ide atau gagasan yang bertujuan untuk keharmoisan keluarga yang lebih lagi.
Dapur adalah salah satu ruang dimana cinta dihadirkan dalam bentuk asupan sehingga keluarga yang menerimanya akan tumbuh dengan penuh kasih sayang. Seorang wanita diharapkan dapat mengelola bahan apapun yang ada di rumah, baik itu cinta dan kasih sayang ataupun bentuk primer dari kebutuhan pangan keluarga. Sebagai sebuah ruang kreativitas, seorang ibu dapat menerapkan konsep dapur untuk menghidupkan harmonisasi keluarga menjadi lebih dinamis.
Kasur tentu juga sangat penting dalam sebuah rumah tangga, bukan dalam pengertian seksualitas namun lebih pada pertemuan perempuan dan laki-laki dari hati ke hati untuk saling berbagi. Menjadi jujur dan telanjang terhadap apa yang dimiliki seperti sifat dan pola pikir dalam komunikasi antar pasangan sehingga dapat mengisi dan melengkapi satu sama lain. Menyatukan tujuan dan pandangan sehingga dapat saling mendengarkan, saling mengisi, saling mengunci dan saling mengetahui apa yang dirasakan.