Karya “ASAP” ini menjadi sebuah refleksi dari perlahan hilangnya paru-paru Indonesia. Perlahan dari diri sendiri mari kita memulai menanam pohon di rumah masing-masing demi keberlanjutan anak cucu kita kelak ❤️ .
Kemajuan peradaban manusia sering “dibayar” dengan perusakan ibu bumi sebagai rumah kami satu-satunya. Dengan banyaknya manusia, banyak pula kebutuhan yang ditanggungkan ke alam tanpa niat membalas jasa atau menjaga keberlangsungan ke depan. Di tengah keegoisan sekumpulan manusia yang tidak bertanggung jawab, paru-paru negara dibakar dengan dalih sebagai kebutuhan manusia. Harta, tahta dan kekuasaan dapat menguasai apapun yang diinginkan tanpa menghiraukan seisi semesta.
Alam pun makin tidak bisa menyembuhkan diri, musim kemarau yang panjang jadi ancaman serius bagi hutan-hutan yang tersisa. Tahun demi tahun secara sadar mereka membakar dan merusaknya, dan selalu muncul ASAP yang selalu mencekik manusia, seisi hutan yang tidak bersalah menjadi korban atas nafsu sekumpulan manusia egois. Seisi hutan geram dan suatu saat akan bangkit, karena semesta akan selalu berjalan dengan semestinya.